Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Zakat Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Siswa Kelas X  TKP SMK Negeri 2 Surakarta Semester Genap Tahun Pelajaran 2021/2022

Share:

ABSTRACT

EFFORTS TO IMPROVE STUDENT’S LEARNING OUTCOMES OF ZAKAT MATERIALS IN ISLAMIC RELIGIOUS EDUCATION AND CHARACTERISTICS SUBJECTS THROUGH PROBLEM-BASED LEARNING MODELS IN CLASS X TKP STUDENTS OF SMK NEGERI 2 SURAKARTA EVEN SEMESTER, THE ACADEMIC YEAR 2021/2022

By: Sri Sutrisni, S.Pd. I

In the teaching and learning process, it is required to use of various strategies, methods, learning models, and learning media. With this strategy what is conveyed by the teacher to students can bring good results. The learning of Islamic Religious Education and Characteristics so far only uses the lecture, question, answer, and assignment methods, this makes students less interested in learning. One way to increase students’ interest in learning is to apply the Problem Based Learning model.

The formulation of the problem in this research is “Can the problem-based learning model improve learning outcomes on zakat material in Islamic Religious Education and Moral Education subjects in class X TKP SMK Negeri 2 Surakarta Even Semester in the 2021/2022 Academic Year?” The action hypothesis in this study is that the problem-based learning model can improve student learning outcomes on Zakat material in the Islamic Religious Education and Moral Education subjects in class X TKP SMK Negeri 2 Surakarta Even Semester 2021/2022 Academic Year

This research is a Classroom Action Research (CAR). This study uses 3 cycles. Data collection tools in this study are observation, tests, documentation, and interviews. The success criterion of this research is 88.24%.

The results of the study show evidence that quite positive changes also occur in the increase in the acquisition of scores that meet the predetermined KKM mark, namely in the pre-cycle only 38.23% of students can reach the KKM limit, at the beginning of the cycle (cycle I), the percentage of students who fulfill KKM limit increased by 5.89% to 44.12%. The percentage increase continued to occur in cycle 2. In this cycle the percentage of students who met the KKM score was 58.82%, meaning an increase of 14.7% from cycle I. At the end of the research activity, 88.24% of the total students had reached the level of learning completeness KKM that has been determined. So, it can be concluded that the Problem Based Learning model can improve student learning outcomes for students of class X TKP SMK Negeri 2 Surakarta.

Keywords: Learning Outcomes, Problem Based Learning

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI ZAKAT PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS X  TKP SMK NEGERI 2 SURAKARTA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Oleh

Sri Sutrisni, S. Pd. I

Dalam proses belajar mengajar diharuskan untuk menggunakan berbagai strategi, metode, model pembelajaran dan media pembelajaran. Dengan adanya strategi tersebut apa yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik dapat membawa hasil yang baik. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti selama ini hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan, hal ini yang membuat peserta didik menjadi kurang berminat dalam belajar. Adapun salah satu cara untuk meningkatkan minat belajar peserta didik adalah dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah  “Apakah dengan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar materi zakat pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada siswa kelas X TKP SMK Negeri 2 Surakarta Semester Genap Tahun Pelajaran 2021/2022?” Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui model pembelajaran probem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi Zakat pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti  pada siswa kelas X TKP SMK Negeri 2 Surakarta Semester Genap Tahun Pelajaran 2021/2022

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan 3 siklus. Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, Tes, dokumentasi, dan wawancara. Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah 88,24 %.

Hasil penelitian menunjukan bukti bahwa Perubahan yang cukup positif juga terjadi pada kenaikan perolehan nilai yang memenuhi batas nilai KKM yang telah ditentukan yaitu pada prasiklus hanya 38,23% siswa yang mampu mencapai batas KKM, pada awal siklus (siklus I), persentase siswa yang memenuhi batas KKM naik sebesar 5,89% menjadi 44,12%. Kenaikan persentase terus terjadi pada siklus 2. Pada siklus ini persentase siswa yang memenuhi nilai KKM menjadi 58,82%, berarti naik sebasar 14,7% dari siklus I. Diakhir kegiatan penelitian, 88,24% dari jumlah siswa sudah mencapai tingkat ketuntasan belajar KKM yang telah ditentukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik bagi siswa kelas X TKP SMK Negeri 2 Surakarta.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Problem Based Learning         

  1. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan masyarakat. Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat, pendidikan diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan masyarakat.[1] Oleh karena itu, pendidikan dalam kehidupan masyarakat adalah suatu bidang yang harus diutamakan oleh setiap warga negara, sangat besar manfaatnya bagi setiap orang yang mau maju dan tidak mau ketinggalan dengan warga lain terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikannya. Masalah pendidikan adalah masalah yang menyangkut kehidupann masa depan bagi bangsa Indonesia.

Pembangunan nasional di Bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia seperti ditegaskan undangundang sistem pendidikan nasional Tahun 2002 sebagai berikut :

“Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas makmur serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan aspek jasmani maupun rohani berdaasarkan pancasila dan UUD 1945 (Wajiman 2008: 1). Sehubungan dengan itu, masalah peningkatan mutu pendidikan sampai kini masih terus diupayakan”[2]

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah sangat membutuhkan guru professional yang ditugaskan secara penuh untuk melaksanakan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan tombak dalam proses belajar mengajar. Belajar mengajar adalah suatu proses interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, bekerja sama pada suatu tugas bersama dan untuk mengkoordinasikan usahannya dalam menyelesaikan tugasnya. Model Pembelajaran Problem Based Learning berbeda dengan metode diskusi yang biasanya dilakukan di kelas karena pembelajaran Problem Based Learning menekankan pada pembelajaran berbasis masalah dalam kelompok dan siswa akan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan memberikan berbagai solusi.

Berdasarkan observasi penulis bahwa proses pembelajaran PAIBP di SMK Negeri 2 Surakarta, umumnya masih mengunakan pola pendekatan yang bersifat klasikal, guru lebih mendominasi proses pembelajaran dengan metode ceramah, latihan menjawab soal-soal. Sedangkan siswa hanya duduk mendengarkan, mencatat, menghapal dan mengerjakan latihan soal secara individu di tempat duduknya masing-masing. Adapun nilai KKM adalah 76 dan nilai klasikal 70% rendahnya tingkat keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran PAIBP di SMK Negeri 2 Surakarta sudah lama menjadi bahan diskusi dan pembicaran guru serta kepala sekolah. Penyajian materi pelajaran seperti pola di atas, dapat menimbulkan gejala kejenuhan dan membosankan bagi siswa. Jika dalam presentase ketuntasan belajar siswa mencapai 85 % maka pembelajaran secara klasikal dapat dikatakan tuntas atau berhasil. Untuk itu diperlukan suatu strategi sebagai upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan model Problem Based Learning.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik meneliti dengan judul :

“UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI ZAKAT PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS X  TKP SMK NEGERI 2 SURAKARTA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2021/2022”

  • KAJIAN PUSTAKA
  • Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
  • Pengertian Hasil Belajar

Agar tidak terjadi ketimpangan dan penafsiran yang beragam dalam skripsi ini, sebelum penulis mengemukan pengertian tentang hasil belajar PAI maka penulis akan memberikan batasan tentang hasil belajar.

Istilah hasil belajar terdiri atas dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai pembelajar dalam kegiatan belajarnya. Sedangkan Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai sesuatu yang diperoleh. Hasil belajar menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu semester.

Hasil belajar merefleksikan keluasan, kedalaman, dan kerumitan (secara bertingkat), yang digambarkan secara jelas dan dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu. Perbedaan antara kompetensi dengan hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan kinerja peserta didik yang dapat diukur. Indikator hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap peserta didik dalam mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan.[3]

Data hasil belajar sangat diperlukan oleh guru untuk mengetahui ketercapaian hasil proses belajar-mengajar yang telah berlangsung dan dapat juga sebagai indikator untuk mengetahui keterbatasan peserta didik yang menjadi tanggung jawab pendidik. Data hasil belajar dapat diperoleh melalui beberapa cara antara lain melalui serangkaian tes yang dilakukan oleh guru selama satu semester. Hasil belajar dapat dikatakan baik, jika terjadi peningkatan hasil dari setiap tes yang dilakukan selama satu semester, sampai kepada hasil tes semester itu sendiri.[4]

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.[5]

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.[6]

  • Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Bila disingkat, pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadap seseorang agar menjadi muslim semaksimal mungkin.[7] Dalam dokumen Kurikulum 2013, PAI mendapatkan tambahan kalimat “dan Budi Pekerti” sehingga Menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, sehingga dapat diartikan sebagai pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua jenjang pendidikan.[8]

Pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai program yang terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam serta diikuti tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mayoritas masyarakat memeluk agama Islam idealnya pendidikan agama Islam mendasari pendidikan-pendidikan lain, serta menjadi suatu hal yang disenangi oleh masyarakat, orang tua, dan peserta didik.[9] Pendidikan Agama Islam juga memiliki makna mengasuh, membimbing, mendorong mengusahakan, menumbuh kembangkan manusia bertakwa. Takwa merupakan derajat yang menunjukkan kualitas manusia bukan saja dihadapan sesama manusia tetapi juga dihadapan Allah SWT.[10]

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam yaitu usaha sadar, meyakini dan mengahayati dalam mengamalkan agama Islam melalui bimbingan atau pengajaran yang mana semua itu memerlukan upaya yang sadar dan benar-benar dalam pengamalannya yang memperhatikan tuntunan yang ada di dalam agama Islam yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena Pendidikan Agama Islam harus mempunyai tujuan yang bagus dan baik diharapkan mampu menjalin Ukhuwah Islamiah seperti yang diharapkan dan menghargai satu sama lain atau dengan agama lain, suku, ras dan tradisi yang berbeda-beda agar terciptanya kerukunan. Dan juga terciptanya kebersamaan atau hidup bertoleransi.

  • Model Pembelajaran Problem Based Learning
  • Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning

Adapun karakteristik yang tercakup dalam proses PBL yaitu:[11]

  1. Masalah yang digunakan pada awal pembelajaran.  
  2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang,
  3. Masalah penyelesaian solusinya, menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari materi yang disajikan,
  4. Masalah dapat membuat siswa merasa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran yang baru,
  5. Sangat mengutamakan pembelajaran mandiri,  
  6. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi (tidak satu sumber saja) melainkan berusaha untuk mencari, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci yang lebih penting.
  7. Pembelajarannya berkolaborasi, komunikatif dan kooperatif, pembelajaran bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan dan presentasi.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan pembelajaran PBL dimulai dengan adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memiliki masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong untuk aktif dalam pembelajaran.

  • Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Adapun langkah-langkah dalam proses Problem Based Learning (PBL) yaitu :[12]

  1. Mengorientasikan siswa terhadap masalah.

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

  • Mengorganisasikan siswa untuk belajar.

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

  • Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.

  • Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan serta membantu berbagai tugas dengan temannya

  • Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

Berdasarkan langkah-langkah proses pembelajaran PBL dapat menggambarkan bahwa penyajian sebuah masalah dapat membantu siswa lebih baik dalam belajar serta dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dan sekaligus dapat menguasai pengetahuan yang sesuai dengan kompetensi dasar tertentu sehingga yang namanya belajar tidak hanya sekedar mengingat, meniru dan mencontoh. Begitu juga dalam PBL, yang nama nya “masalah” tidak sekedar “latihan” yang diberikan setelah contoh soal disajikan. Tetapi dalam pembelajaran PBL ini siswa dituntut untuk memperoleh informasi tertulis yang berupa masalah yang diberikan sebelum kelas dimulai. Fokusnya adalah bagaimana pembelajaran mengidentifikasikan isu pembelajaran sendiri  untuk memecahkan masalah, kemudian materi dan konsep yang relevan ditemukan sendiri oleh siswa.[13]

  • Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Adapun kelebihan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai suatu model pembelajaran adalah:[14]

  1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
  2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa, sehingga memberikan keluasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
  3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
  4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
  5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya, dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang dilakukan.
  6. Siswa mampu memecahkan masalah dengan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
  7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka guna beradaptasi dengan pengetahuan baru.
  8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

Dapat mengembangkan minat siswa untuk mengembangkan konsep belajar secara terus menerus, karena dalam praksisnya masalah tidak akan pernah selesai. Artinya, ketika satu masalah selesai di atasi, masalah lain muncul dan membutuhkan penyelesaian secepatnya. Selain itu, kekurangannya adalah:

  1. Ketika siswa tidak memiliki minat tinggi, atau tidak mempunyai kepercayaan diri bahwa dirinya mampu menyelesaikan masalah yang dipelajari, maka mereka cenderung enggan untuk mencoba karena takut dianggap salah.
  2. Tanpa pemahaman “mengapa mereka berusaha” untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. Artinya, perlu dijelaskan manfaat menyelesaikan masalah yang dibahas pada siswa.
  3. Proses pelaksanaan problem based learning membutuhkan waktu yang lebih lama atau panjang. Itupun belum cukup, karena sering siswa masih memerlukan waktu tambahan untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan.

Berdasarkan uraian tersebut, upaya untuk meminimalisir kekurangan dalam problem based learning ini adalah melakukan kegiatan pembelajaran secara lebih tegas dan aktif dalam mengontrol siswa dan situasi kelas. Ketika siswa mengalami kesulitan, hendaknya guru hanya memberi sesuatu kata kunci yang mengarah ke jawaban siswa serta memberi waktu agar siswa tersebut dapat menyelesaikan persoalan yang dikerjakan. Apabila siswa tidak dapat menjawab maka guru pun dapat menjelaskan jawaban dari persoalan yang sedang dikerjakan.

  • HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
  • Hasil Penelitian
  • Prasiklus

Setelah pembelajaran berakhir, hasil yang diperoleh berupa nilai akhir test siswa pada perlakuan pratindakan penelitian adalah sebagai berikut :

Data dengan nilai 60 ada 4 siswa (11,76%), nilai 65 ada 5 siswa (14,71%), nilai 70 ada 12 siswa (35,29%), nilai 76 ada 7siswa (20,59%), nilai 80 ada 6 siswa (17,65%). Rata-rata kelas dengan ketuntasan belajar nilai KKM 76 belum didapatkan pada kegiatan ini. Hal ini ditunjukkan dengan masih sebagian siswa yang memeroleh nilai yang mencukupi KKM (lebih besar atau sama dengan 76) yaitu 38,24% dan nilai rata-rata kelas yang hanya 71,09.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 2 Surakarta, ditunjukkan persentase jumlah siswa yang mengikuti aktivitas belajar pada prasiklus penelitian dengan kategori pengamatan: 1) Memperhatikan penjelasan guru ada 15 siswa (44,12%), 2) Membaca ebook ada 20 siswa (58,82 %), 3) Mengajukan pertanyaan ada 2 siswa (5,88 %), 4) Menanggapi pertanyaan/pendapat guru ada 4 siswa (11,76 %), 5) Menanggapi pertanyaan/pendapat siswa ada 2 siswa (5,88 %), 6) Bertukar pendapat dengan teman ada 1 siswa (2,94%), 7) Menulis yang relevan dengan KBM ada 18 siswa (52,94 %), 8) Menyatakan ide dengan jelas ada 4 siswa (11,76 %), 9) Mendengarkan penjelasan siswa ada 4 siswa (11,76 %), 10) Perilaku yang tidak relevan dengan KBM ada 8 siswa (23,53 %). Hal ini menunjukkan bahwa Kegiatan  siswa  dalam mengikuti KBM masih rendah, dan masih ada siswa yang belum ikut terlibat dalam diskusi.

Sejalan dengan aktivitas yang dilakukan peserta didik selama kegiatan pembelajaaran prasiklus di kelas berlangsung, peneliti juga membagikan angket yang dibagikan setelah pembelajaran berlangsung. Dari hasil angket tersebut diperoleh hasil butir 1 yaitu  2,94 , butir 2 yaitu 2,73 , butir 3 yaitu 2,76 , butir 4 yaitu 3,47 , butir 5 yaitu 2,53 , butir 6 yaitu 2,71 , butir 7 yaitu 3,18 , butir 8 yaitu 3,05 ,butir 9 yaitu 3,29 , butir 10 yaitu 2,76. Dari hasil scor nilai diatas nilai yang tertinggi adalah butir soal nomor 4 yaitu 3,47 dan yang terendah yaitu butir soal nomor 5 yaitu 2,53

  • Siklus 1

Setelah selesai diskusi, guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka dan dilanjutkan dengan koreksi terhadap hasil diskusi bersama dengan siswa kelompok lain. Guru memberikan evaluasi pembelajaran setelah selesai dan seluruh siswa mengerjakannya secara individu serta mengumpulkan hasil evaluasi yang telah dikerjakan. Dari evaluasi siswa diperoleh hasil dengan nilai 60 ada 3 siswa (8,82%), nilai 65 ada 5 siswa (14,71%), nilai 70 ada 11 siswa (32,35%), nilai 76 ada 9 siswa (26,47%), nilai 80 ada 6 siswa (17,65%).

Rata-rata kelas dengan ketuntasan belajar nilai KKM 76 belum didapatkan pada kegiatan ini. Hal ini ditunjukkan dengan masih sebagian siswa yang memeroleh nilai yang mencukupi KKM (lebih besar atau sama dengan 76) yaitu 44,12% dan nilai rata-rata kelas yang hanya 72,03.

  • Siklus 2

Mengacu pada hasil (refleksi) pelaksanaan tindakan pada siklus I, disusun pula rencana yang dilakukan pada siklus berikutnya (siklus II). Dalam siklus ini, siswa terlebih dulu diberikan tugas untuk membaca ebook yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas, selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok . Dari hasil pembagian kelompok, diperoleh 9 kelompok  dalam siklus II ini. Setelah semua kelompok terbentuk, guru memberikan setiap kelompok masing-masing lima butir soal yang berkaitan dengan materi zakat untuk didiskusikan bersama. Setelah diskusi kelompok berakhir, selanjutnya siswa mempresentasikan hasil diskusinya.  Diperoleh data dengan nilai 60 ada 1 siswa (2,94%), nilai 65 ada 5 siswa (15,63%), nilai 70 ada 8 siswa (23,53%), nilai 76 ada 12 siswa (35,39%), nilai 80 ada 8 siswa (23,53%).

Rata-rata kelas dengan ketuntasan belajar nilai KKM 76 belum didapatkan pada kegiatan ini. Hal ini ditunjukkan dengan masih sebagian siswa yang memeroleh nilai yang mencukupi KKM (lebih besar atau sama dengan 76) yaitu 58,82% dan nilai rata-rata kelas yang hanya 73,44.

  • Siklus 3

Mengacu pada hasil (refleksi) pelaksanaan tindakan pada siklus 2, disusun pula rencana yang dilakukan pada siklus berikutnya (siklus 3). Dalam siklus ini, siswa terlebih dulu diberikan tugas untuk membaca ebook yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas, selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok . Dari hasil pembagian kelompok, diperoleh 9 kelompok  dalam siklus 3 ini. Setelah semua kelompok terbentuk, guru memberikan setiap kelompok masing-masing lima butir soal yang berkaitan dengan materi zakat untuk didiskusikan bersama. Setelah diskusi kelompok berakhir, selanjutnya siswa mempresentasikan hasil diskusinya.

Sama halnya seperti tindakan yang telah dilakukan pada siklus 2. Diakhir pembelajaran pada siklus 3 ini kembali diberikan 5 butir soal berbentuk test essay dengan soal HOTS pada siswa. hasil akhir yang diperoleh siswa pada siklus 3 penelitian tindakan kelas. Dari tabel di atas diperoleh data 4 siswa dengan nilai 70 (11,76%), 10 siswa dengan nilai 76 (29,41%),  13 siswa dengan nilai 80 (38,24%), 4 siswa dengan nilai 85 ( 11,76%), 3 siswa dengan nilai 90 (8,82%)   . Pada siklus 3 ini, sudah mulai terlihat perkembangan yang cukup signifikan pada pemerolehan hasil akhir belajar. Hal ini ditunjukkan dari sudah tidak adanya lagi siswa yang mendapatkan nilai 60, nilai terkecil pada hasil belajar adalah 70. Padahal pada siklus sebelumnya masih ditemukan 2,94% (1 orang) yang mendapatkan nilai 60. Selain itu, nilai rata-rata kelas pun sudah naik menjadi 79,12.

  • Pembahasan

Salah satu faktor penentu keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran di kelas. Pengelolaan pembelajaran yang dimaksud adalah pengelolaan pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa sebagai bagian dari proses pembelajaran tersebut. Artinya pembelajaran tidak harus selalu berpusat pada guru, tetapi juga melibatkan siswa sebagai objek yang paling berperan di dalamnya. Bila pembelajaran direncanakan dan dikelola dengan baik akan menciptakan proses belajar yang efektif bagi siswa dan guru.

Guru yang mengorganisasikan kelasnya dengan baik, yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran yang berstruktur, menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang lebih tinggi, dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur.[15] Perencanaan dan pengelolaan yang baik oleh guru dapat membantu guru untuk lebih memotivasi siswa mengikuti pelajaran yang disajikan. Dengan termotivasinya siswa terhadap pembelajaran, berarti guru dapat lebih mengarahkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Perencanaan dan pengelolaan ini pun nantinya dapat menghasilkan hasil belajar yang lebih baik pula.

Salah satu perencanaan dan pengelolaan yang dimaksud adalah pembelajaran yang di desain dengan menggunakan model belajar yang bervariasi. Model pembelajara problem based learning merupakan model pembelajaran yang dipilih untuk penelitian ini. Siswa membentuk kelompok untuk berdiskusi dalam mengerjakan pertanyaan dari guru yang berbasis masalah. Materi yang dipelajari melalui model ini adalah materi zakat.

Setelah kegiatan diskusi berlangsung, sebagian siswa mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas dan guru memepersilakan siswa lain untuk mengomentarinya. Kegiatan pembelajaran berlangsung santai, menyenangkan, dan siswa merasa tidak tertekan. Guru dapat melihat antusias siswa selama KBM berlangsung. Tujuan pembelajaran tercapai dan hasilnya pun cukup baik. Desain belajar dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning ini ternyata memberikan hasil akhir pembelajaran yang cukup memuaskan. Hal ini diindikasikan dengan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang sebelumnya memiliki rasa kurang tertarik menjadi termotivasi untuk mengikutinya.

Persentase hasil rata-rata dan ketuntasan belajar siswa pun mengalami perkembangan/peningkatan yang positif. Semakin meningkat siklus yang dilaksanakan, semakin baik pula persentase ketuntasan belajar siswa. Perbandingan peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel Perkembangan Nilai Rata-rata dan Ketuntasan Siswa Selama Penelitian

 PrasiklusSiklus 1Siklus 2Siklus 3
Nilai Rata-Rata71,0972,0373,4488,24
≥ 76 ( dalam %)38,23%44,12%58,82%88,24%
< 76 ( dalam %)61,76%55,88%41,18%11,76%

Kenaikan nilai rata-rata hasil belajar siswa dapat digambarkan pada diagram di bawah ini :

Grafik Perkembangan Nilai Rata-rata Siswa Selama Penelitian

Perubahan yang cukup positif juga terjadi pada kenaikan perolehan nilai yang memenuhi batas nilai KKM yang telah ditentukan yaitu pada prasiklus hanya 38,23% siswa yang mampu mencapai batas KKM, pada awal siklus (siklus I), persentase siswa yang memenuhi batas KKM naik sebesar 5,89% menjadi 44,12%. Kenaikan persentase terus terjadi pada siklus 2. Pada siklus ini persentase siswa yang memenuhi nilai KKM menjadi 58,82%, berarti naik sebasar 14,7% dari siklus I. Diakhir kegiatan penelitian, 88,24% dari jumlah siswa sudah mencapai tingkat ketuntasan belajar KKM yang telah ditentukan. Dengan demikian, berarti naik 29,42% dari siklus 2.

Penelitian Tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti menggunakan pengukuran nilai dengan memberikan pre-test dan post-test pada siswa. Penelitian ini dapat dikatakan akan memberikan hasil yang baik bila memiliki efek dari treatmen atau eksperimen yang dilakukan yang bersifat positif. Dengan kata lain, hasil nilai akhir yang diperoleh siswa pada post-test harus lebih baik daripada nilai yang diperoleh saat pre-test. Setelah dilakukan penelitian ini terdapat kenaikan nilai dari setiap siswa pada post-test dibandingkan hasil yang diperoleh pada pre-test.

  • KESIMPULAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Zakat Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Siswa Kelas X  Tkp Smk Negeri 2 Surakarta Semester Genap Tahun Pelajaran 2021/2022 dapat disimpulkan sebagai berikut :

 “Penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi zakat dikelas X TKP SMK Negeri 2 Surakarta yang terbukti adanya peningkatan hasil penelitian pada setiap siklusnya. Peningkatan prestasi belajar siswa dimana pada pra siklus dengan rata-rata kelas 71,09, persentase ketuntasan 38,23% mengalami kenaikan pada siklus I dengan rata-rata kelas 72,03 , persentase ketuntasan 44,12% dan pada siklus II dengan ratarata kelas 73,44 persentase ketuntasan 58,82% dan pada siklus 3 dengan rata-rata 79,12 , prosentasen ketuntasan 88,24%. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas ini mencapai indikator ketuntasan yang ditentukan yaitu ketuntasan di atas 85%”

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa PTK ini masih ada kekurangan meskipun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.

Oleh karena itu, tidak ada kata-kata yang lebih indah melainkan saran dan kritik yang membangun dari seluruh pembaca demi kesempurnaan PTK ini. Akhirnya sebagai penutup penulis mohon maaf segala kekurangan dan kesalahan, serta penulis berdo’a semoga PTK ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

http://amirulrosid.blogspot.com/2011/12/makalah-pendidikan-tentang-perkembangan-tujuan.html, (diakses tangal 18 Juni 2013)

Tim Penyusun Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, 2002.Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Grasindo,

Megawati,2009, “Penerapan Model Belajar The Power of Two Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak di Kelas VIII. 1 MTs Negeri Campang Tiga Kabupaten OKU Timur”, QUANTUM, IV, 3 (September-Desember,)

Dwi Jaya, 2009. Pemanfaatan Modul Belajar Sebagai Media dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Matematika di Kelas XII IPS MAS Paradigma Palembang, QUANTUM, IV, 3 (SeptemberDesember)

Dimyati dan Mudjiono, 1999.Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta Oemar Hamalik, 2006.Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara

http://delapanratus.blogspot.com/2009/04/penilaian-ranah-psikomotorik-siswa.html. Diakses Tgl. 24 Juni 2013

Nana Sudjana,2005.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdikarya

Ahmad Tafsir,1992. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran…, hal. 202

Zuhairini, 1993. Metodologi Pendidikan Agama, Solo: Ramadani

Abdul Majid, Dian Andayani,2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi, Bandung PT Remaja Rosdakarya

Muhammad Alim, 2011.Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

Nusa Putra & Santi, Lisnawati,2012. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Ridwan Abdullah, 2014.Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi kurikulum 2013, Jakarta: Bumi Aksara

Rusman, 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Bandung: Rajagrafindo Persada,

Hosnan, 2014.Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, Jakarta: Ghalia Indonesia,

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Zainal, Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : alfabeta,

Nasutian, 2003. Metodologi Research Penelitian Ilmiyah, (Jakarta: Bumi Aksara),

Simatupang, Z, 2007,Meningkatkan Keterampilan Belajar Siswa Melalui Implementasi Model Strategi-Strategi Belajar , Medan  : Suara Pendidikan, Vol. 21 No. 3. Universitas Negeri


[1] http://amirulrosid.blogspot.com/2011/12/makalah-pendidikan-tentang-perkembangan-tujuan.html, (diakses tangal 18 Juni 2013)

[2] Tim Penyusun Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Grasindo, 2002 ), hal. 42

3 Megawati, “Penerapan Model Belajar The Power of Two Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak di Kelas VIII. 1 MTs Negeri Campang Tiga Kabupaten OKU Timur”, QUANTUM, IV, 3 (September-Desember, 2009), hlm. 129

[4] Dwi Jaya, “Pemanfaatan Modul Belajar Sebagai Media dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Matematika di Kelas XII IPS MAS Paradigma Palembang, QUANTUM, IV, 3 (SeptemberDesember, 2009), hlm. 67

[5] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 250- 251.

[6] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdikarya,2005), h. 22.

[7] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 32

[8] Syamsul Huda Rohmadi, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Araska, 2012), hal. 143

[9] Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 6-8

[10] Nusa Putra & Santi, Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 1

[11] Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Jakarta: Kencana, 2009, hlm.22

[12] Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2014 hlm. 301

[13] Taufiq Amir, Op.Cit., hlm. 23

[14] Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya hlm. 142-143

[15] Simatupang, Z. Meningkatkan Keterampilan Belajar Siswa Melalui Implementasi Model Strategi-Strategi Belajar (Suara Pendidikan, Vol. 21 No. 3.Universitas Negeri Medan, 2007)

Scroll to Top